Senin, 14 November 2016

Seorang Istri di Mata Suami


Kata-kata indah itu baru bermakna bila kita menjalankan dan merasakannya. Dulu saya tidak memahami mendalam makna kata, “Jika kamu berpikir bisa, pasti kamu bisa.” Saya paham kata-kata itu setelah punya banyak pengalaman mewujudkan impian-impian hidup yang oleh sebagian orang diyakini tidak mungkin.
Saya dulu juga tidak paham makna kalimat, “Di balik laki-laki yang sukses terdapat wanita yang hebat, yaitu istrinya.” Saya menyadari kata-kata itu setelah saya sering pergi ke berbagai tempat tanpa istri saya. Di dalam kamar hotel sendirian, itu sangat menyiksa, sulit tidur dan selalu terbayang wajah istri. Begitu pula, bila saya grogi dan tidak percaya diri ketika hendak tampil memberikan seminar atau training, telpon atau SMS dari istrilah yang membuat saya tenang.
Bagi orang jawa, istri itu “garwo” sigare nyowo (separuh jiwa). Bagi saya istri itu bukan hanya “garwo” tetapi lebih dari itu, ia ibarat air. Tanpa air kita tak bisa hidup, 70 persen lebih tubuh kita terdiri dari air. Begitu susunan air ditubuh kita rusak, maka rusak pula tubuh kita. Ia sangat penting dalam keberlangsungan hidup kita.

*istri sebagai partner 
Istri juga partner dan mitra suami. Istri bukan staf apalagi pembantu kita. Sungguh hinalah lelaki yang menikahi wanita karena alasan agar ada yang mencuci atau memasak buat dirinya. Ia ada untuk menyempurnakan hidup kita. Ia ada agar hidup kita semakin “hidup”. Ia ada untuk mendampingi kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Ia mitra dalam mendidik, mengarahkan dan mendamping anak-anak agar kelak manjadi generasi yang SuksesMulia, hebat di dunia dan selamat di akhirat.


*istri pakaian suami 
Istri juga ibarat “pakaian” buat kita. Dialah yang menghangatkan saat kita kedinginan. Dialah manusia yang rela menutupi kotoran-kotoran dan kelemahan dalam hidup kita. Dialah yang “mempercanti” penampilan kita. Tanpa pakaian, kita tak akan berani keluar rumah, tanpa istri kitapun bukan siapa-siapa.


*Pengganti ibu 
Usai kita lelah mencari nafkah, usai kita mendapat tepuk tangan dan apresiasi dari banyak orang, sesampainya di rumah kita perlu bermanja. Saat di rumah kita ingin seperti “anak bungsu”, dimanja, tidur di pangkuan, dibelai dan dilayani seperti anak-anak balita. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh istri kita.
Istri ada untuk dijaga. Istri ada untuk dimanja. Istri ada, untuk dimuliakan. Istri ada, untuk menjadi mitra mengumpulkan bekal bertemu dengan Sang Maha Pencipta.